Hak Istimewa Laki-Laki

Potret ini saya ambil mewakili salah satu objek wisata di kota saya. Potret ini juga mewakili isu gerakan yang saya lakukan bersama Aliansi Laki-laki Baru.
Persoalan kekerasan terhadap Perempuan juga bermuara pada pelanggengan budaya patriarki secara sistematis, dimulai dari proses doktrinasi “hak istimewa” bagi setiap anak laki-laki. Sejak kecil anak laki-laki diajarkan tentang penguasaan atas orang lain, penaklukan dunia dan seisinya, dominasi atas kepemilikan apapun dan opresi sebagai bentuk konstruksi dari bawah untuk maskulinitas hegemonik (keyakinan, mitos, stereotip tentang laki-laki sebagai sumber dari segala kekuatan).
Dalam potret ini penggalan kalimat pokok yang digambarkan adalah “privilege is not a given, therefore it can be reconstructed”. Pesan kunci ini disampaikan kepada orang muda, khususnya kelompok laki-laki. Budaya menempatkan “hak istimewa” seolah-olah merupakan anugrah bagi anak laki-laki sehingga menjadi pengaruh besar dalam proses tumbuh kembang dan menciptakan perilaku superioritas, mendominasi, opresi dan bentuk-bentuk penaklukan lainnya.
Seperti yang digambarkan dalam potret ini, kenyataannya “hak istimewa” justru menjadi bingkai budaya yang mengekang kebebasan berekspresi bagi anak laki-laki, membatasi kebebasan berfikir dan mengungkapkan isi hati sehingga menjadikan banyak anak laki-laki di Indonesia sebagai makhluk kerdil dengan bingkai stereotip budaya patriarki.
Bingkai budaya patriarki yang sengaja dikonstruksi ini sesungguhnya hanyalah sebagai alat sudut pandang untuk memperindah potret saja padahal dalam realitasnya seorang anak laki-laki memiliki kebebasan berekspresi dan memiliki kebebasan berfikir untuk tidak perlu menjadi laki-laki pada umumnya.
Aliansi Laki-laki Baru sebagai bentuk inisiasi yang merupakan bagian dari gerakan perempuan menilai perlu untuk mempromosikan “I am a man, but I am not supposed to be a commonly men”. Kampanye perubahan yang dimulai sejak dini melalui penguatan pemahaman kepada kelompok anak laki-laki bahwa kita juga memiliki pilihan untuk tidak menjadi bagian dari proses pelanggengan budaya patriarki. Aliansi Laki-Laki Baru coba menyingkap bingkai ideologi yang sempit ini, kemudian—meski perlahan tapi tegas—merekonstruksi lagi ideologi tersebut, juga terus menerus mengkritisi maskulinitas hegemonik. Harapannya, suatu saat akan ada dunia baru dimana laki-laki menjadi baru terlahirkan sebagai laki-laki yang tidak melakukan kekerasan atas dasar apapun dan alasan apapun.
Esai foto ini dipresentasikan Ahmad Syahroni dalam kegiatan Global UNiTE Youth Forum di Bangkok, 22-24 Mei 2012 lalu.

About Redaksi ALB

Check Also

Workshop Pelibatan Laki-laki Bersama Michael Kaufman

Pada 6 November 2014,  Aliansi Laki-laki Baru bekerja sama dengan  Yayasan Pulih dan dukungan RutgersWPF …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *