Indian members of a social organisation Our City Our Right holds a candle during a silent protest following the recent gang rape and murder of a 20-year-old college student in Barasat, in Kolkata on June 15, 2013. Activists and social groups in various parts of the state held rallies and protests following the incident. AFP PHOTO/ Dibyangshu SARKAR (Photo credit should read DIBYANGSHU SARKAR/AFP/Getty Images)

Kekerasan Itu Apa Saja, Sih?

Di tengah hiruk pikuk berbagai peristiwa yang terjadi di seluruh dunia, sangat mudah bagi seseorang untuk melewatkan informasi-informasi tentang isu tertentu yang sejatinya dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Salah satu isu yang mungkin terlewat oleh kamu adalah Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan yang mulai bergulir sejak tanggal 25 November lalu dan akan terus berjalan hingga tanggal 10 Desember 2015.

Nah, mengapa isu ini menjadi sesuatu yang penting dan seharusnya mendapat perhatian yang lebih besar dari masyarakat? Jawabannya sangat mudah. Hal ini karena isu kekerasan, terlebih lagi kekerasan terhadap perempuan adalah isu yang sangat akrab dengan kita namun begitupun, sering kali tidak disadari kehadirannya.

Tentu pertanyaan selanjutnya adalah; “Apa betul, kita begitu tidak pedulinya dengan keadaan sekitar sehingga tidak sadar ketika ada kekerasan yang terjadi di samping kita?”

Untuk menjawab pertanyaan ini ternyata tidak mudah. Tentu manusia sewajarnya tidak akan suka melihat orang lain mengalami sebuah tindak kekerasan. Lantas, apa yang menjadi masalah utamanya?

Jika berbicara tentang kekerasan terhadap perempuan, yang menjadi dasarnya adalah budaya patriarki yang tanpa disadari memperkuat terjadinya bias gender. Ketika seseorang sudah menganggap salah satu gender lebih lemah dibandingkan dengan yang lainnya, maka potensi terjadinya kekerasan akan semakin besar karena ada salah satu pihak yang merasa memiliki kekuatan lebih untuk menekan orang lain.

Untuk mengubah budaya tersebut memang sulit namun ada satu faktor lainnya yang seolah-olah mendorong ‘ketidakpedulian’ masyarakat terhadap berbagai macam tindak kekerasan terhadap perempuan. Faktor tersebut adalah ketidak-tahuan masyarakat mengenai apa saja yang bisa dianggap sebagai suatu tindak kekerasan.

Atas semangat ketidak-tahuan ini, pada akhirnya masyarakat pun berbondong-bondong ‘memaklumi’ berbagai bentuk tindak kekerasan yang menyasar pada perempuan. Apa saja bentuk-bentuk kekerasan (dalam konteks hubungan, baik itu pacaran maupun rumah tangga) tersebut? Mari kita bahas satu persatu!

Kekerasan Fisik

Kekerasan fisik adalah salah satu bentuk kekerasan yang paling mudah untuk dilihat dan diakui semua orang. Kekerasan fisik adalah segala perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, luka-luka hingga kematian.

Begitu pun, kekerasan fisik terkadang ‘dimaklumi’ dalam sebuah hubungan, baik itu pacaran ataupun pernikahan. Ingat, apa pun alasannya, memukul, menampar, menendang dan lain sebagainya adalah bentuk kekerasan dan sama sekali tidak dapat ditolerir.

Kekerasan Psikis

Kekerasan psikis juga merupakan bentuk kekerasan yang umum dilakukan oleh orang kepada pasangannya. Yang masuk ke dalam kategori ini adalah segala perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, munculnya rasa tidak berdaya hingga hilangnya kemampuan untuk bertindak.

Contoh yang paling mudah adalah adanya rasa cemburu yang berlebihan. Biasanya, rasa cemburu tersebut akan mewujud sebagai sebuah sikap yang terlalu protektif dan posesif terhadap pasangannya. Hal-hal seperti menghina, merendahkan, mengancam serta melarang pasangan untuk beraktifitas pun juga merupakan salah satu bentuk kekerasan psikis.

Sayangnya, masih banyak yang menganggap bahwa beberapa tindakan ini sebagai sesuatu yang wajar dan merupakan bentuk dari rasa sayang serta cinta terhadap pasangan. Namun, harus diingat bahwa kekerasan psikis dapat berakibat munculnya depresi loh!

Kekerasan Seksual

Jika mendengar kata kekerasan seksual, yang umum terbayang di pikiran biasanya adalah pemerkosaan dalam bentuk penetrasi penis ke vagina serta pelecehan. Pada kenyataannya, bentuk kekerasan seksual itu lebih luas, loh!

Segala sesuatu yang memaksakan aktivitas seksual kepada orang lain dapat dianggap sebagai suatu kekerasan seksual, bahkan untuk hal-hal yang biasanya dianggap ‘remeh’ oleh masyarakat seperti memaksa untuk berciuman.

Yang harus diingat adalah tanpa adanya persetujuan dari kedua belah pihak, segala macam pemaksaan aktivitas seksual termasuk dalam kategori pemerkosaan.

Kekerasan Ekonomi

Kekerasan ekonomi adalah segala macam perbuatan yang mencakup pemanfaatan seseorang secara materi. Contoh mudahnya adalah ketika pasangan kita secara terus-menerus memaksa untuk membiayai keperluan dia.

Dari keempat penjelasan di atas, kekerasan fisik merupakan bentuk yang paling sering dikonotasikan dengan kata ‘kekerasan’. Padahal, ada bentuk-bentuk lain kekerasan lainnya yang sering dianggap “lumrah” terjadi dan sering dialami oleh perempuan.

Kita juga harus paham bahwa banyak hal-hal yang dianggap wajar untuk dilakukan dalam suatu hubungan, seperti memarahi dengan kata-kata kasar, menempeleng, mengatur hidup pasangan dsb sebetulnya merupakan bentuk dari kekerasan yang memiliki efek buruk bagi kedua belah pihak.

Kekerasan-kekerasan ini memang dapat terjadi kepada siapa saja, baik itu laki-laki maupun perempuan. Namun seperti yang sudah disebutkan di atas, akibat adanya budaya patriarki, mayoritas pelaku adalah laki-laki. Nah, setelah membaca artikel ini, apakah kamu siap untuk menjadi laki-laki yang bebas dari kekerasan?

About Aditya Pratama

Kontributor ALB, penggiat OBR Indonesia dan saat ini aktif sebagai fasilitator muda di program Laki-laki Peduli

Check Also

Mendukung Kesetaraan Gender, Dimulai dari Dapur

Perceraian / per-ce-rai-an (kata benda) 1. perpisahan; 2. perihal bercerai (antara suami istri); perpecahan. – …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *