Umar Badrun Islam; Berbagi Peran Domestik Adalah Tanggung Jawab Keluarga

GEMA ALAM NTB yang fokus pada isu Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA) telah melakukan berbagai upaya-upaya gerakan dalam mewujudkan PSDA yang baik, adil sosial gender dan berkelanjutan untuk kemaslahatan ummat.

Kegiatan yang terkait dengan PSDA yang berkeadilan gender, dilaksanakan di lima desa kawasan Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Pohgading Sunggen dan Pancor Barong. Harapan program ini adalah mewujudkan Kampung Adil Gender dalam PSDA di 3 kecamatan; Kecamatan Suela (Desa Sapit, Desa Suela dan Desa Mekarsari), Kecamatan Wanasaba (Desa Beririjarak) dan Kecamatan Pringgasela (Desa Jurit Baru).

Untuk mewujudkan harapan tersebut diterapkan strategis-strategi, salah satunya adalah pengorganisasian. Untuk memaksimalkan pengorganisasian di 5 desa tersebut maka dibutuhkan tenaga penggerak (Community Organizer) yang progresif di setiap desa.

Di Desa Jurit Baru, terdapat 4 orang tenaga penggerak terdiri dari 2 laki – laki dan 2 perempuan yaitu Umar Badrun Islam, Marlin, Indrawati dan Ustini. Keempat CO terpilih dilihat dari tiga kriteria, mulai dari harus mempunya jiwa kerelawanan yang tinggi, supel dan visioner. Keempat CO tersebut terus bergerak untuk mewujudkan pengelolaan air bersih yang baik, adil dan berkelanjutan.

Catatan ini akan mengajak kita untuk menyimak pembelajaran dari pengalaman Umar Badrun Islam.

badrul-alam_2
Umar Badrul Islam (c) Gema Alam NTB

Umar Badrul Islam dalam kesehariannya akrab disapa dengan Bapak Umar ini merupakan salah satu Community Organizer (Tenaga Penggerak) di desa Jurit Baru. Bapak Umar memiliki beberapa ciri khas mulai dari pipinya lekuk ketika tersenyum, bermata sipit, berpostur badan tegap dengan tinggi 170 cm, rambut belah dua membuat dia mudah dikenali oleh masyarakat.

Bapak satu anak ini selain aktif sebagi tenaga penggerak juga bekerja di pemerintah desa, dan dipercayakan sebagai bendahara di desa Jurit Baru. Umar telah berkeluarga dan memiliki satu orang anak laki-laki yang saat ini sudah berusia ±4 tahun.

Di sela – sela kesibukannya menjalani rutinitas kantor, dia juga terus aktif menjalankan perannya sebagai Community Organizer (CO). Sebagai CO, Dia terus mengkampanyekan atau menyebarluaskan pengetahuan dan pengalaman yang sudah didapatkan akan pentingya pembagian peran antara laki-laki dan perempuan dalam ranah domestik maupun publik dengan mengusung konsep Laki-Laki Baru (LLB).

Penyebar luasan pemahaman kepada lapisan masyarakat Desa Jurit Baru didapatkan dari berproses dalam pelatihan-pelatihan dan diskusi yang difasilitasi oleh Gema Alam NTB. Dengan modal pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, beliau mulai mencoba praktekan dalam kehidupan rumah tangganya; membantu istri memasak, mengasuh anak, membersihkan rumah bahkan sampai mencuci pakaian.

Saat ditemui oleh dua orang staff lapangan Gema Alam NTB, Rizalman Zuhdi dan Suhupawati selaku dinamisator untuk Desa Jurit Baru yang berkunjung ke rumahnya, beliau menuturkan bahwa “sebelumnya, membantu pekerjaan istri seperti memasak, mengurus anak, membersihkan rumah dan mencuci saya anggap tidak layak dikerjakan oleh suami atau laki-laki.

Seiring perjalanan waktu dan berproses di Gema Alam, ternyata membuka pikiran dan hati kecil saya, bahwa sebagai seorang suami juga seharusnya bisa mengerjakan pekerjaan istri di ranah domestik karena yang menjadi pembeda hanya dari jenis kelaminnya saja” imbuhnya. “Saya juga membayangkan jika istri saya sedang tidak ada di rumah atau mungkin lagi dalam kondisi kurang sehat, masa’ iya saya harus tega utuk menyuruhnya memasak buat keluarga? Kondisi ini yang membuat saya berfikir bahwa memang benar pekerjaan domestik tidak hanya tanggung jawab istri semata, tetapi juga menjadi bagian dari tanggung jawab suami, untuk mencipatakan kondisi keluarga yang harmaonis dan bahagia hendaknya segala pekerjan harus bisa diselesaikan secara bersama-sama antara istri dan suami.”

Penuturan Bapak Umar dapat terbukti pada saat Rizalman Zuhdi dan Suhupawati berkunjung ke rumah Beliau. Terdengar suara aktifitas di dapur dari teras rumahnya, suara itu agak sedikit mengusik, sehingga tanpa ragu sedikitpun Rizal dan Suhupawati melangkah kearah sumber suara. Tepat di belakang rumah tepatnya di dapur, hati kecil Suhupawati tersentak melihat seorang suami berbadan tegap sedang asik memasak untuk hidangan makan siang untuk keluarga.

Suhupawati menghampiri dan bertanya kepada Bapak Umar, “pak Umar apa yang membuat side (sebutan lokal untuk mengormati lawan bicara) melakukan kegiatan memasak? Sontak wajah yang berkucuran keringat berbalik arah dan menatap wajah Suhupawati, Umar menuturkan “hehehe… mmm…ketika saya pulang kerja, saya melihat istri yang sambil menggendong anak sedang mencuci pakaian, lalu saya pergi ke dapur, dengan pekaian kerja yang belum ditanggalkan, sayapun berinisiatif untuk menyiapkan makan siang untuk istri dan anak saya, karena saya terenyuh melihat istri saya sedang mencuci, sudah tentu dia sangat letih”. “Selain memasak, saya juga aktif membantu istri mengurus pekerjaan rumah yang lain karena membantu istri dengan berbagi peran ternyata sangat mudah, selama kita mau dan saling mengerti terhadap pasangan” imbuhnya.

Jam dinding yang terpajang di ruang tamu berdering, menandakan waktu menunjukkan pukul 13:00 Wita. Pak Umar mengajak Rizal dan Suhupawati berkumpul di ruang tamu sambil mencicipi hidangan makan siang yang dimasaknya.

Dari cerita keluarga Bapak Umar ini kita dapat mengambil pembelajaran bersama bahwa untuk mewujudkan keluarga yang harmonis dan terhindar dari kekerasan terhadap pasangan maka dibutuhkan keberanian dari kaum laki-laki untuk mengambil sikap dan perilaku bahwa mengerjakan pekerjaan domestik bukanlah aib tetapi bagaimana semata-mata untuk dapat menjaga keutuhan dan kebahagian keluarga untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender.

Tentu saja, pembagian peran antara laki-laki (suami) dan perempuan (istri) sesuai dengan kesepakatan bersama dengan komunikasi yang setara.

About Diar Ruly Januari

Penggiat di Gema Alam, sebuah NGO yang konsentrasinya pada isu pengelolaan sumber daya alam yang berkeadilan sosial dan gender, dan pada tahun 2015 di percaya sebagai kordinator divisi Gender & Anak untuk periode 2015 – 2018.

Check Also

Mengapa Laki-laki Perlu Memperingati 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, dan Apa yang Dapat dilakukan Laki-laki untuk Mencegah Kekerasan Berbasis Gender?

  Sekilas Tentang Sejarah Aktivitas 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (HAKTP) pertama kali digagas …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *