Belakangan ini istilah banyak anak banyak rejeki nampaknya sudah sangat tidak populer. Justru pada jaman modern ini nampaknya banyak anak malah bikin susah. Karena itu banyak keluarga muda yang sekarang ini mengikuti berbagai macam program KB (Keluarga Berencana, red) untuk “menghambat” laju pertumbuhan jumlah anak.
Dengan KB, mereka bisa melakukan kegiatan “membikin” anak tanpa harus “menghasilkan” anak. Buat mereka yang kelak masih ingin untuk menambah jumlah anak, ada berbagai macam pilihan alat kontrasepsi yang tersedia, mulai dari Kondom, Pil KB, Suntik, Susuk, dan lain-lain.
Sedangkan bagi mereka yang sudah tidak ingin menambah jumlah anak atau yang disarankan untuk demikian karena situasi tertentu, ada dua jenis KB yang sebaiknya ditempuh, yaitu Tubektomi dan Vasektomi.
Tubektomi (dilakukan pada wanita) adalah proses pemotongan tuba fallopii sehingga sel telur tidak akan pernah sampai ke rahim. Sedangkan Vasektomi (dilakukan pada pria) adalah proses pemotongan vas deferens sehingga sel sperma tidak dapat menuju ke saluran pengeluaran.
Nah, saat hendak memutuskan untuk mengambil langkah KB permanen ini, biasanya pihak wanita lah yang menjadi “korban” karena mereka yang harus menjalani tubektomi. Padahal proses operasi dan potensi resiko lebih besar.
Ini semua terjadi karena budaya patriakal yang begitu dominan ditambah adanya berbagai mitos yang salah seputar vasektomi.
Sebagai orang yang sudah menjalani vasektomi, saya akan berbagai pengalaman saya sekaligus meluruskan mitos-mitos tersebut.
1. Vasektomi dilakukan dengan memotong penis.
Wah, ini jelas mitos yang amat sangat menyesatkan. Operasi vasektomi dilakukan hanya dengan sedikit melukai pangkal penis. Bekas lukanya saja hanya sekitar 5 mm.
2. Setelah vasektomi, penis tidak dapat berdiri.
Vasektomi bukan kebiri. Jadi para pria sama sekali tidak perlu kuatir karena tidak ada bagian dari kejantanannya yang diambil. Penis Anda tetap berfungsi normal seperti sebelumnya. Bahkan Anda sebenarnya tetap memproduksi sel sperma, hanya saja sel tersebut tidak berhasil menuju ke tempat yang benar karena salurannya sudah dipotong.
3. Tidak ada cairan yang keluar saat ejakulasi.
Tentu saja tetap ada cairan yang keluar. Memangnya lalu diganti dengan hembusan angin? Cairan yang keluar saat ejakulasi itu adalah cairan semen. Sebelum vasektomi, cairan semen itu mengandung sel sperma. Setelah operasi, sel sperma itulah yang hilang dari cairan semen.
4. Gairah seks menurun pasca operasi.
Gairah seks tidak menurun pasca operasi. Bahkan saat masih diplester pun saya sudah punya gairah. Justru gairah seks bisa jadi malah naik karena sudah tidak punya kekuatiran “menghamili” istri. Saya sendiri merasakan frekuensi dan durasi ML justru meningkat.
5. Operasi vasektomi adalah pekerjaan yang “berat”
Justru sebaliknya, proses operasi vasektomi cukup ringan dan cepat. Biusnya pun lokal saja. Saya malah bisa pulang dengan nyetir mobil sendiri.
Mudah-mudahan tulisan saya ini bermanfaat, terutama bagi para suami yang masih ragu untuk mengambil keputusan vasektomi.
Sumber: Blog Oom Yahya
Bukan mau menambah mitos. Namun, beberapa lembaga pemerintah bahkan memberikan program berhadiah bagi yang mau mengikuti program pengendalian kelahiran tersebut.