Kesadaran Gender

Sadar gender itu soal komitment terhadap nilai, bahwa orang tidak boleh merendahkan dan berbuat jahat kepada lain jenis. Tanpa pandang bulu, tanpa pandang posisi. Posisi kita itu seperti apapun, termasuk yang punya kedudukan dan kekuasaan formal, yang lebih tinggi dari lain jenis. Tidak boleh memanfaatkan kekuatan, posisi politik, posisi kharisma, ketinggian ilmu, kebesaran pengaruh. Tidak boleh jahat kepada lain jenis.

Lain jenis itu adalah perempuan. Mengapa?

Itu karena kisah utama dalam masyarakat kita adalah laki-laki, dunia patriakh. Patriarkhi penting dilihat, bukan untuk dipuja-dipuja, tapi dikritisi, bukan untuk dimanfaatkan, tapi untuk dikontrol potensi kejahatannya, bukan untuk dilanggengkan, tapi untuk diubah.

Relasi-relasi yang harus diperhatikan secara khusus karena rentan pemanfaatan kekuatan, kekuasaan, dan kepintarannya antara lain: dosen kepada mahasiswa, guru kepada murid, ketua kepada staf, suami kepada istri, pasangan dominan kepada pasangan yang didominasi.

Jika anda laki-laki dalam posisi-posisi itu, umumkanlah bahwa anda punya potensi diskriminatif. Mintalah mahasiswa anda, santri anda, murid anda, istri anda, staf anda untuk hati-hati terhadap anda, mengontrol anda, protes jika anda mulai main kuasa. Maka anda berkomitmen terhadap keadilan gender.

Jika anda perempuan, jangan pernah mau didominasi. Belajarlah asertif, tegas bersikap, latihan menolak, terbuka menyampaikan pandangan, dan tahu apa yang harus dilakukan jika ada pelanggaran. Jika kesulitan, latihan!

Tidak ada jaminan bahwa belajar gender langsung sadar komitmen. Yang sudah komitmen juga belum tentu mudah melaksanakan dan kosisten. Relasi manusia adalah relasi kuasa, melalui wacana, membangun episteme, dan legitimasi perbuatan kuasa ada di sana. Kadang-kadang berbelit dalam medan mental yang rumit, mengelabuhi, bahkan dengan ilmu dan dalil.

Jadi, wa tawashow bil haq, wa tawashow bish shobr. Kita saling jaga, untuk membangun hidup ini dengan baik dan benar.

Kebonjambu Al-Islami,
08 Maret 2020.

About Wakhit Hasim

Check Also

Pedoman Pencegahan Pelecehan Seksual di Tempat Kerja

Diterbitkan berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. SE.03/MEN/IV/2011 Pelecehan seksual di tempat …

One comment

  1. Maaf sebagai tambahan, untuk perempuan jangan balik mendominasi dg memanfaatkan benevolent sexism (saya perempuan harus didahulukan, kamu kerjakan krn kamu laki-laki, dan sebagainya). Sbg tambahan sepertinya aliansi laki-laki baru belum pernah sekalipun (koreksi kalau salah), mengkritisi benevolent sexism yg bersumber patriarki juga. Ibarat menolak satu sumber tapi dibelah-belah bagian yg enak (sementara) utk perempuan (dan tdk enak utk laki-laki) diterima, Ya gak bisa. Di kendaraan umum salah 1 dmn wanita memanfaatkan relasi kuasa utk dpt tempat lebih enak selain memanfaatkan maskulinitas tradisional dg berkata (Mas kan cowok diri saya duduk), dan hal ini jarang (itu pun klo pernah) dikoreksi oleh aktivis2 kesetaraan gender. Kalau saya sih kalau diiminta duduk cewek, tinggal tunjuk gambar prioritas (emg anda masuk di mana dr 4 prioritas itu? klo gak termasuk silahkan anda berdiri)., tp laki2 lain msh byk yg bs dimanfaatkan. Jd wanita pun bs memanfaatkan gender utk kuasa. Terima kasih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *