Surat Terbuka untuk Para Suami dan Ayah di Masa Pandemi Corona

Salam ta’dzim

Semoga Anda selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa, selalu dalam keadaan sehat di tengah krisis Pandemi virus Corona yang belum diketahui secara pasti kapan akan berakhir. Sebelumnya saya mohon maaf jika surat terbuka saya ini membuat Anda tidak berkenan karena saya sadar, saya bukan siapa-siapa Anda, saya menulis surat terbuka ini karena semata-mata saya adalah juga seorang suami dan seorang ayah seperti halnya Anda. Jadi pada dasarnya surat ini juga saya tujukan kepada diri saya sendiri.

Sebagai seorang suami dan ayah yang secara sosial dan budaya memikul tanggungjawab sebagai tulang punggung keluarga, saat ini merupakan masa-masa yang berat dan sulit karena tanggungjawab sosial saya dan Anda itu tidak dapat kita jalani dengan mudah seperti biasanya. Pola infeksi Corona yang terjadi melalui penularan dari orang ke orang lain mengharuskan kita untuk menjaga jarak sosial dan fisik. Sebagai konsekuensi dari hal ini, cara kita bekerja berubah, jika semula sebagian dari kita melakukan pekerjaan di luar rumah seperti di kantor dan tempat-tempat lainnya, karena alasan menjaga jarak sosial dan fisik sekarang kita harus melakukan pekerjaan di rumah, meskipun saya tahu bahwa banyak dari Anda memiliki jenis pekerjaan yang tidak dapat dilakukan di rumah. Konsekuensi lain dari berubahnya pola kerja ini adalah sebagian kita juga mengalami perubahan penghasilan (income).

Bagi Anda yang mengandalkan penghasilan harian untuk menghidupi keluarga dengan jenis pekerjaan yang harus keluar rumah. Saya dapat memahami bahwa menjaga jarak sosial dan fisik meletakkan Anda pada posisi yang dilematis, tidak keluar rumah berarti tidak bekerja dan kalau tidak bekerja berarti Anda dan keluarga tidak bisa makan sebagaimana mestinya. Dan kalau keluar rumah, Anda beresiko tertular atau menularkan virus. Atas situasi ini saya sangat bisa mengerti mengapa Anda tetap keluar rumah. Bukan karena tidak patuh kepada anjuran pemerintah dan bukan karena Anda tidak takut tertular atau menularkan virus, namun karena semata-mata untuk memastikan bahwa dapur rumah tangga Anda tetap mengepul dan keluarga Anda tetap bisa makan. Jika harus demikian pastikan Anda melakukan langkah-langkah yang disarankan untuk dapat menghindari penularan virus Corona ketika Anda bekerja.

Bagi Anda yang bekerja sebagai buruh atau pegawai kontrak yang setiap saat dapat diakhiri kontraknya, saya dapat merasakan bahwa keadaan sekarang ini pasti tidak mudah. Saat ini mungkin Anda cemas, merasa tak berdaya karena tidak memiliki kendali atas keadaan, atau mungkin Anda punya tabungan namun merasa khawatir karena Anda tidak dapat memastikan berapa lama Anda dan keluarga Anda akan dapat bertahan dengan tabungan yang Anda miliki saat ini jika pandemi ini terus berlanjut. Jika situasi tak kunjung berubah dan kinerja perusahaan atau kantor Anda menurun, mungkin Anda juga mencemaskan status pekerjaan Anda yang sewaktu-waktu dapat diakhiri. Atas semua itu, saya dapat memahami dan merasakan kegundahan Anda.

Atau Anda seorang ASN yang harus mengikuti kebijakan Work From Home (WFM), situasi ini juga mungkin tidak mudah bagi sebagian dari Anda meskipun situasi Anda lebih baik jika dibandingkan dengan mereka para pekerja harian, buruh atau pekerja kontrak. Mungkin Anda merasa tertekan karena berubahnya pola kerja Anda, jika semula pekerjaan Anda sudah tertata, sekarang Anda harus menghadapi kenyataan bekerja dari rumah yang artinya Anda harus bekerja dengan perangkat teknologi yang mungkin Anda belum pernah menggunakan sebelumnya. Atas hal ini Anda harus meluangkan waktu atau bekerja ekstra yang kadang membuat Anda frustasi.

Para Suami dan Para Ayah yang baik, situasi di atas memang berat dan tidak mudah yang sedikit banyak akan mempengaruhi emosi, sikap dan perilaku Anda dalam berelasi dengan orang lain, tak terkecuali dalam relasi Anda dengan isteri dan anak-anak Anda di rumah. Dalam situasi seperti ini, mungkin Anda merasa seorang diri dalam keluarga Anda yang harus memikul beban berat ini, lalu memiliki pikiran bahwa isteri dan Anak-anak Anda tidak mengerti bahkan tidak peduli dengan situasi Anda. Pikiran-pikiran seperti ini yang kadang memunculkan rasa marah, sikap dan perilaku negatif bahkan kekerasan terhadap mereka yang Anda dicintai di rumah. Yakinlah bahwa isteri dan anak-anak Anda memahami situasi ini meskipun seringkali tidak diucapkan dengan kata-kata. Jika selama ini Isteri dan anak Anda nampak diam dan seakan tidak peduli, semata-mata karena isteri Anda mungkin tidak tahu apa yang harus dilakukan atau mungkin tidak ingin menambah beban Anda. Lebih-lebih dalam tatanan sosial dan budaya masyarakat kita yang mamandang tanggungjawab para isteri adalah mengurus rumah dan anak-anak. Coba kalau kita memiliki nilai sosial dan budaya yang meletakkan tanggungjawab yang sama suami dan isteri dalam memikul beban keluarga baik nafkah maupun urusan rumah tangga dan anak. Mungkin situasinya akan berbeda.

Atas semua hal ini, para suami dan para ayah yang baik, menjadi penting untuk mengenali beratnya tekanan yang Anda pikul, mengenali cemas, khawatir dan takut yang Anda rasakan dan menerimanya sebagai hal yang manusiawi. Perlu kiranya Anda ungkapkan seluruh perasaan Anda ini kepada isteri dan anak-anak Anda tanpa khawatir terlihat lemah. Jika muncul kemarahan tak tertahankan atas situasi pandemi yang berat ini ambillah waktu (jeda) untuk menenangkan diri, hindari mengekspresikan kemarahan itu secara negatif apa lagi menggunakan kekerasan kepada isteri dan anak Anda karena hal ini tidak akan membuat beban Anda berkurang namun akan membuat masalah baru yang semakin mempersulit keadaan dalam situasi yang sudah sulit ini.

Sepertinya hanya ini yang ingin saya sampaikan dalam surat terbuka ini seraya berdoa semoga wabah ini segera berakhir dan kehidupan kita kembali seperti semula, sekali lagi mohon maaf jika surat ini membuat Anda kurang berkenan. Mari kita jaga diri kita dan keluarga agar tetap sehat fisik dan mental pada masa pandemi ini.

Salam Ta’dzim
Wedomartani, 29 Maret 2020

About Nur Hasyim

peminat kajian maskulinitas, trainer dan fasilitator tentang gender, maskulinitas dan kekerasan serta ayah dari dua anak perempuan. Saat ini menjadi pengajar di Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang

Check Also

LAKI-LAKI YANG “DILATIH” MEMPERKOSA

LAKI-LAKI YANG “DILATIH” MEMPERKOSA   Oleh: Nur Hasyim (Co-Founder Aliansi Laki-Laki Baru, Direktur C-PolSis FISIP …

2 comments

  1. Nice, Mas Boim.

    Salam sehat, bahagia, dan sukses selalu.

  2. Tika Prasetiawati

    Mas Boim, bagus banget tulisannya. Budaya kita masih menempatkan bahwa seorang laki-laki harus tampil kuat, tidak cengeng dan tidak boleh lemah. Banyak sekali kasus yang saya temui untuk menutupi kelemahannya laki-laki melakukan kekerasan pada keluarga. Semoga Laku-laki baru dapat memberikan cara pandang yang lebih baik untuk kita semua. Sukses dan salam sehat jiwa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *