Memasak Itu Biasa Saja: Itu Mengapa Memasak Luar Biasa

Secara umum, ada dua argumen tentang aktifitas masak-memasak yang menurut saya sama-sama jungkir balik. Pertama, pendapat yang menganggap bahwa perempuan tidak perlu menguasai keahlian memasak. Pendapat kedua adalah mereka yang mengatakan bahwa laki-laki yang bisa memasak adalah laki-laki yang berbeda. Keduanya secara imbisil dapat disederhanakan bahwa, perempuan yang tidak bisa memasak dan laki-laki yang bisa memasak adalah revolusioner.
Pendapat-pendapat seperti di atas hadir karena menilai memasak sebagai aktifitas khusus yang bertendensi politik. Di satu sisi dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang spesifik untuk kalangan tertentu. Di sisi lain, memasak dianggap sebagai refleksi pagar penjara yang menghalangi satu jenis kelamin tertentu (baca: perempuan) merengkuh kebebasannya.
Keduanya lupa atau dapat dikatakkan tidak paham bahwa memasak sejatinya, adalah sebuah aktifitas dan keahlian mendasar sebagai manusia. Memasak adalah pengetahuan dasar yang bergerak melintasi soal jenis kelamin, keyakinan spiritual, pilihan ideologi dan pelbagai segregasi sosial lain. Memasak merupakan turunan dari keahlian meramu, yang ditemukan manusia sebagai cara untuk bertahan hidup. Pengetahuan untuk mengolah sumber energi yang dibutuhkan tubuhnya dengan cara mengumpulkan dari apa yang diberikan alam. Ia lahir bersamaan dengan dimulainya kehidupan.
Memasak berkembang dimulai dari teknik yang paling sederhana, yaitu dengan memanggang begitu saja daging hasil buruan sejak ditemukannya api. Hingga lalu berevolusi dengan mencampurkan berbagai tumbuhan (rempah) yang berhasil dikumpulkan. Campur mencampur rempah dengan daging buruan menjadi tahap perkembangan yang menandai perluasan pemahaman manusia tentang keragaman sumber makanan. Terus bertumbuh dengah inovasi dan kreasi. Hingga degradasinya pada hari ini, ketika memasak hanya sekedar menjadi peragaan sirkus berbiaya mahal di restoran-restoran mewah.
Artinya, setiap orang secara alamiah harusnya bisa memasak. Seseorang harus tahu dan paham bagaimana mengolah serta menyediakan makanan bagi dirinya sendiri. Sederhana atau rumit, itu lain soal. Karena alasan utamanya adalah: agar kita tidak mati kelaparan.
Mereka yang tidak bisa memasak bagi saya adalah mereka yang menyerahkan sebagian otoritas dirinya kepada sesuatu di luar dirinya. Memberikan sebagian kemerdekaannya untuk menentukan apa yang layak dan tidak layak untuk masuk ke dalam tubuhnya. Membuang separuh dari kebebasan diri untuk memilih mana yang ingin dimakan dan seperti apa rasanya.
Itu mengapa misalnya hari ini, bahkan memasak sebungkus mi instan tetap menghadirkan semacam kepuasan spiritualitas yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Memasak tidak lain merupakan proses kontemplatif seseorang untuk belajar mengenal dirinya. Mengenal ingatan dan mengingat wajah-wajah. Mempertemukan kembali kita dengan kenangan, pahit dan manis. Memasak adalah memanusiakan kembali diri kita. Entah itu laki-laki atau perempuan.
Tentu saja saya tidak sedang mengingkari fakta bahwa memasak telah sukses direkuperasi dan kini bukan lagi sekedar kebutuhan mendasar bagi setiap orang. Perubahan sistem sosial telah mengubah memasak menjadi aktifitas yang dilakukan oleh orang-orang tertentu atau jenis kelamin tertentu, yaitu perempuan dalam kasus ini. Memasak telah didegradasikan dari posisinya sebagai aktifitas yang intim secara personal dan sosial, menjadi ketelanjangan yang diekspos secara vulgar hingga akhirnya membosankan. Ujungnya, memasak dan mereka yang memasak menjadi tidak lagi menyenangkan.
Namun mengadvokasikan agar perempuan tidak perlu memasak merupakan kesalahpahaman. Cara pandang seperti ini sebenarnya justru segmentatif dan gagal melihat totalitas dari persoalan yang sedang dihadapi perempuan. Bahwa seperti juga perempuan, memasak telah mengalami penindasan dan penyempitan makna. Perempuan yang diasingkan dan dilucuti hak-haknya, adalah seperti memasak yang dinggap sebagai kegiatan tidak penting dan sambil lalu.
Secara pribadi saya percaya bahwa, pembebasan perempuan hanya akan terjadi bersamaan dengan pemulihan total pemahaman atas filosofi mendasar dari memasak. Bahwa memasak, secara radikal adalah sesuatu yang biasa saja. Itu mengapa, memasak merupakan hal yang luar biasa.

About Andre GB

Check Also

Observasi terhadap Budaya Patriarki: Diskusi Mengenai Gerbong Khusus Perempuan di KRL

Gerbong khusus perempuan difungsikan sejak 19 Agustus 2010 untuk merespons kebutuhan penumpang perempuan akan keamanan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *