Menjadi Keluarga Adaptif Di Saat Pandemi

Oleh : Nur Hasyim

Co-Founder Aliansi Laki-laki Baru

Pandemi telah mendorong terjadinya perubahan mendasar dalam kehidupan masyarakat. Tidak saja perubahan terkait dengan perilaku sehat seperti menjaga jarak fisik, menggunakan masker, dan mencuci tangan, pandemi juga telah mengubah pola kerja, pola pembelajaran, pola hubungan di dalam keluarga bahkan praktik-praktik keagamaan. Perubahan-perubahan ini juga mempengaruhi fundamental ekonomi seseorang, keluarga, bahkan sebuah negara sebagai konsekuensi dari melambatnya produktifitas, hilangnya pekerjaan, dan berkurangnya pendapatan. Situasi ini memicu problem lain seperti meningkatnya masalah kesehatan mental, perceraian, kekerasan dalam rumah tangga dan masalah sosial lainnya. Dalam situasi ini, setiap orang dituntut untuk beradaptasi agar dapat bertahan hidup. Demikian halnya dengan keluarga, untuk dapat bertahan, keluarga juga dituntut memiliki kemampuan adaptasi yang memadai.

Laki-Laki Berbagi Peran Domestik

Lalu bagaimana membangun keluarga yang adaptif dan memiliki daya lenting (resiliensi) terhadap setiap perubahan? Pertama, menjadikan relasi sehat sebagai dasar hubungan keluarga. Relasi sehat adalah hubungan yang didasarkan pada kesetaraan dan keadilan, bukan atas dasar kekuasaan dan kontrol. Dalam relasi ini, suami dan isteri memiliki posisi yang setara artinya tidak ada yang memiliki kedudukan lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lainnya. Lebih lanjut, relasi sehat dilandasi oleh cinta kasih, sikap saling menghargai di antara pasangan suami-isteri dan memandang pasangan sebagai pribadi yang utuh, unik, dan otonom. Selain itu, relasi sehat juga ditandai oleh adanya pola komunikasi yang terbuka, jujur, dan saling mendukung serta menggunakan cara musyawarah, negosiasi dan kompromi ketika terjadi konflik dan perbedaan serta menghindari cara-cara kekerasan dalam menyelesaikan masalah.

 

Kedua, membagi peran dan tanggungjawab dalam keluarga secara fleksibel dan adil. Peran dan tanggungjawab domestic-reproduktif seperti mengurus rumah tangga dan mengasuh anak sama pentingnya dengan peran dan tanggungjawab public-produktif seperti mencari nafkah dan bermasyarakat. Setiap anggota keluarga baik suami atau isteri memiliki tanggungjawab yang sama besarnya terhadap semua urusan keluarga. Isteri tidak dipandang lebih bertanggungjawab pada urusan domestik sebaliknya suami juga tidak dilihat lebih bertanggungjawab pada urusan publik. Maka berbagi peran dan bekerjasama dalam semua urusan keluarga sangat penting untuk membangun keluarga yang adaptif dan memiliki daya lenting. Misalnya 1) Berbagi peran dan bekerjasama dalam urusan rumah tangga terutama yang rutin dan membutuhkan waktu lama seperti memasak, mencuci baju dan menyeterika, mencuci piring, membersihkan rumah dan pekerjaan-pekerjaan rutin lainnya. 2) Berbagi peran dan bekerjasama dalam pengasuhan anak misalnya dalam pemenuhan ASI ekslusif, perawatan bayi, menemani anak belajar dan bermain, penanaman nilai-nilai (agama dan norma sosial lainnya) 3) Berbagi peran dan bekerjasama dalam pemenuhan ekonomi keluarga misalnya sama-sama bekerja di luar rumah, mengembangkan bisnis rumahan bersama atau aktivitas lain untuk meningkatkan pendapatan keluarga.

 

Relasi setara, pembagian peran dan kemitraan yang fleksibel antara suami dan isteri memiliki dampak positif bagi kehidupan setiap pasangan dan keluarga secara keseluruhan. Pasangan suami dan isteri yang memiliki hubungan setara dilaporkan memiliki kehidupan perkawinan yang lebih bahagia karena mereka dapat membangun hubungan yang lebih terbuka dengan berbagi perasaan dan pemikiran secara leluasa. Mereka juga dapat membangun keintiman emosional yang membantu mereka membangun keintiman secara fisik. Kehidupan perkawinan juga dilaporkan lebih stabil pada suami isteri yang memiliki hubungan yang setara (https://foreverfamilies.byu.edu/equal-partnership-in-marriage#:~:text=Couples%20with%20an%20equal%20partnership,Benefits%20to%20men).

Relasi setara juga memiliki dampak positif secara individual bagi suami dan isteri. Bagi suami, keterbukaan dengan pasangan membuat laki-laki merasa memiliki kehidupan perkawinan yang lebih baik. Selain itu, keintiman emosional  dan keintiman fisik membuat suami atau laki-laki memiliki kualitas kesehatan fisik dan mental yang lebih baik seperti kemampuan mengurangi stress. Kualitas Kesehatan yang baik ini mendukung produktifitas kerja laki-laki. Sementara bagi isteri atau perempuan, relasi yang setara dan sehat membuat isteri atau perempuan merasa perkawinannya membahagiakan. Dukungan dan apresiasi suami terhadap kerja-kerja domestic dan keterlibatan suami dalam kerja-kerja domestic membuat perempuan merasa dihargai dan merasa hubungan perkawinannya lebih adil.

Relasi setara dan pembagian peran yang fleksibel antara pasangan suami-isteri juga membawa dampak positif bagi kehidupan anak-anak. Anak-anak akan menjadikan orang tuanya sebagai model bagi mereka. Misalnya anak-anak laki-laki yang melihat ayahnya berbagi peran dan membangun relasi yang setara dengan ibunya akan membuat mereka mudah mengadopsi peran-peran gender yang fleksibel dan tidak kaku. Anak laki-laki juga akan terbuka terhadap pandangan dan nilai tentang kesetaraan dan keadilan gender. Sebaliknya anak-anak perempuan yang melihat ibunya berbagi peran dengan ayahnya dan melihat ibunya terlibat dalam pengambilan keputusan di dalam rumah, mereka akan tumbuh menjadi perempuan yang percaya diri. Lebih jauh, peran dan keterlibatan kedua orang tua dalam pengasuhan akan mendukung tumbuh kembang anak secara maksimal karena pada hakikatnya anak-anak membutuhkan keterlibatan ayah dan ibu mereka dalam pengasuhan.

 

Lalu, bagaimana dengan keluarga kita saat ini? Apakah telah mempraktikkan hal di atas? Bila belum, tidak ada kata terlambat untuk mengadaptasi model keluarga yang berbagi peran. Yuk #BersamaBerperan dan berkolaborasi, bukan berkompetisi!

About Fauzan Zailani

Seorang karyawan swasta, relawan di Aliansi Laki-laki Baru, Fasilitator Muda Laki-laki Peduli, yang percaya bahwa kesetaraan adalah hak & kewajiban kita semua

Check Also

Menjadi Suami dan Ayah Seutuhnya

MENJADI SUAMI DAN AYAH SEUTUHNYA Oleh : Nur Hasyim Secara sosial laki-laki yang sudah menikah …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *