We Love Women
Sejarah kehidupan sosial masyarakat dunia, khususnya perempuan tak terlepas dari kondisi pembagian peran, terutama peran stereotipe perempuan dan laki-laki. Pembagian peran inilah yang pada suatu masa mengalami guncangan, yaitu pada saat dimulainya industrialisasi dan perang. Industrialisasi memapankan peran perempuan untuk tetap menjadi pekerja ‘domestik/non produktif’ tanpa dibayar, sementara laki-laki menjadi pemilik, manajer, atau buruh (tenaga kerja produktif).
Pada perkembangannya pada awal abad 19, perempuan juga turut bekerja dan diantaranya pada industri garmen menjadi buruh. Umumnya mereka juga perempuan yang berasal dari keluarga buruh (ayahnya atau saudaranya). Kemudian perang pun turut menentukan peran penting baru perempuan, ‘tidak lagi domestik’.
Perempuan mulai bekerja di luar rumah secara masif dan dalam proses produksi, khususnya memproduksi kebutuhan perang, yaitu memproduksi pakaian seragam tentara, senjata dan bahkan turut dalam peran tenaga medis ‘palang merah’. Ketika beban domestik tidak berkurang dan di saat bersamaan perempuan bekerja di ranah publik, maka para perempuan, khususnya kalangan buruh perempuan memperjuangkan hak-hak mereka dengan mengorganisasi diri.
Mereka umumnya bergabung dalam partai sosialis. Partai sosialis berkembang di Amerika Serikat dan Inggris. Perempuan yang terlibat dalam partai sosialis ini bersuara kencang tentang hak-hak perempuan yang diabaikan oleh rekan mereka sesame buruh (laki-laki). Mereka gencar menyuarakan tuntutan lingkungan kerja yang lebih baik, upah yang layak dan jam kerja yang dipersingkat.
Ditilik dari keberlangsungan perjuangan perempuan, Tanggal 8 Maret menjadi penting karena merupakan suatu titik tolak, titik beranjak perempuan mengorganisasi diri dan memperjuangkan hak-haknya. 8 Maret adalah hari perempuan bangkit dan berkesadaran dan membangun organisasi dan terus bergerak.
Bahwa faktanya peringatan hari perempuan 8 Maret berawal di negara di Amerika Serikat atau Rusia, solidaritas perempuan yang berlatar belakang sama sebagai ‘second sex’,‘berpengalaman sama terlecehkan, terdiskriminasi’ menjadikan Hari Perempuan Internasional menjadi milik perempuan di seluruh dunia, waktu mengingat perjuangan di masa lalu dan melanjutkannya di masa depan.
Untuk terus menyemangati spirit juang dalam upaya pengembalian hak yang setara terhadap perempuan dalam rangka Peringatan Hari Perempuan Internasional Tahun 2015 Komunitas Laki-laki Baru Kupang, Komunitas Peace Maker Kupang, Perkumpulan Tuna Daksa Kristiani (PERSANI) NTT, CIS TIMOR, Yayasan Tanpa Batas, Rumah Perempuan, Lopo Belajar Gender NTT dan Zumba dancing telah mengadakan kampanye publik dukungan bagi kaum perempuan dunia pada hari Minggu, 07 Maret 2015 bertempat di Jl. Eltari, Kupang yang juga merupakan area Kupang car free day.
Lokasi yang strategis, momentum yang tepat dan tentunya metode kampanye kreatif yang dilakukan ternyata menarik animo masyrakat terutama penikmat car free day. Lebih kurang 200-an orang terlibat dalam kampanye yang bertajuk We Love Women tersebut. Masyarakat disuguhkan dengan zumba dance yang membakar semangat untuk terus menggelorakan perlawanan atas ketidakadilan kepada perempuan, pamflet dan balon gas sebagai tanda cinta di hari peringatan perempuan internasional ini. Selain itu, membagi pelukan gratis sebagai bentuk kasih sayang bagi sesama juga sangat menarik perhatian pengunjung dan penikmat kupang car free day.
Di sela-sela kegiatan para orator pun kemudian menyampaikan pokok pokok pikiran berkaitan dengan upaya membangun kesadaran bersama untuk bangkit dan melawan penindasan – penindasan yang masih dialami oleh kaum perempuan baik itu di lingkung domestik rumah tangga maupun diranah publik mereka.
Tidak hanya Laki Laki Baru dan Komunitas Peace Maker yang berorasi namun yang juga menarik perhatian pengunjung dan peserta kampanye adalah tampilnya salah satu anggota PERSANI NTT yang menyuarakan pentingnya memberikan keadilan bagi perempuan terutama perempuan dengan disabilitas.
Kampanye yang berlangsung dari pukul 06.00-10.00 WITA ini juga sempat dihadiri Walikota Kupang, Bapak Jonas Salean, SH. yang kebetulan juga sedang berada di area car free day. Kehadiran Walikota disambut antusias oleh semua peserta dengan menghampiri dan memberikan pamflet, balon dan pelukan tanda cinta perempuan.