Tribun Jogja/ Alexander Ermando

Cegah Kekerasan Terhadap Perempuan, Perlu Pendidikan Toleransi Kepada Anak Laki-laki Sejak Dini

TRIBUNJOGJA.COM – Pemerintah Kabupaten Sleman menggelar Sarasehan memperingati 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan pada Selasa (11/12/2018).

Dalam sarasehan tersebut, salah satu pembicaranya adalah Nur Hasyim.

Nur Hasyim merupakan salah satu pendiri Aliansi Laki-laki Baru.

Dalam pemaparannya, Nur Hasyim menekankan pentingnya keterlibatan laki-laki dalam memahami kekerasan terhadap perempuan.

Menurutnya, pria perlu diberikan perspektif baru dalam relasi hubungannya dengan perempuan sejak usia dini.

“Ajari anak-anak laki-laki tentang konsep menghargai, toleran, egaliter dan anti kekerasan,” jelas Nur di Pendopo Rumah Dinas Bupati Sleman, Selasa (11/12/2018).

Selain itu, Nur juga menghimbau para orang tua agar mengajarkan putranya tentang kesetaraan gender. Salah satunya dalam manajemen emosi.

Selama ini, menurutnya, anak laki-laki cenderung dibiarkan jika meluapkan emosi amarah. Namun emosi lain seperti sedih hingga menangis justru tidak diperkenankan.

“Masih banyak dijumpai anak laki-laki yang diajarkan untuk tidak menangis. Bahkan kenakalan laki-laki pun dianggap lebih wajar ketimbang perempuan,” jelas Dosen FISIP UIN Walisongo Semarang ini.

Menurutnya, pola didikan seperti inilah yang membuat pria melakukan kekerasan terhadap perempuan. Sebab dirinya diberikan alasan sebagai gender yang dominan.

Karenanya, ia pun berpesan agar kaum Adam tidak segan untuk menunjukkan suaranya dalam mendukung pemberantasan kekerasan pada perempuan.

“Jika laki-laki hanya diam, sama saja membiarkan kekerasan terus terjadi,” ujar Nur. (tribunjogja)

Sumber: TRIBUNJOGJA.COM

About Redaksi ALB

Check Also

Mengapa Laki-laki Perlu Memperingati 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, dan Apa yang Dapat dilakukan Laki-laki untuk Mencegah Kekerasan Berbasis Gender?

  Sekilas Tentang Sejarah Aktivitas 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (HAKTP) pertama kali digagas …

One comment

  1. Mau kasih masukan: Permasalahannya kekerasan justru lebih sering dilakukan terhadap sesama laki-laki, karena selama ini cara mengatasi kekerasan adalah “laki-laki jangan pukul perempuan”, akhirnya hanya dibereskan di permukaan, laki-laki dididik (di beberapa tempat yang kolot) utk dahulukan wanita, bawain tas wanita, akhirnya saat dia udah emosi, masalah aslinya gak diberesin jadi lah pelaku kekerasan. Seharusnya tekankan kekerasan itu tidak baik dilakukan kepada siapapun. Akar masalah kekerasan yang harus dibereskan, buka fokus jangan keras ke perempuan saja. Terima kasih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *