Kisah Om Lukas dan Perubahannya

Lukas Nitbani adalah salah satu warga yang berdomisili di kampung Kuan kobo, RT 11 RW 05 di Kelurahan Belo, Kec. Maulafa, Kota Kupang Nusa Tenggara Timur. Aktivitas setiap hari sebagai seorang tenaga teknisi penyambung instalasi listrik. Ia merupakan tenaga panggilan yang apabila dibutuhkan jasanya baru dipanggil untuk bekerja.
Om Lukas, begitu dia biasa dipanggil, merupakan salah satu orang  yang punya cerita sukses setelah masuk dan bergabung dalam gerakan Laki-laki Baru. Ini merupakan cerita nyata yang terjadi setelah mengikuti diskusi reguler warga tentang Gender dan Budaya Setara. Beginilah kisahnya…..
Om Lukas merupakan salah satu pelaku kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di lingkungan tempat tinggalnya. Hampir setiap hari, kehidupan rumah tangganya selalu diselimuti dengan kekerasan terhadap sang istri. Tetangga sekitar pun enggan menegur karena mereka masih menganggap itu urusan rumah tangga orang sehingga tidak sopan jika ikut campur. Yang lebih parahnya lagi kejadian tersebut berlangsung pada saat sudah larut malam sehingga orang-orang sekitar akan enggan untuk peduli.
Hal ini membuktikan bahwa minimnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat sekitar terkait kehadiran Undang-undang No. 23/2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT). Persoalan KDRT bukan lagi masalah pribadi tapi sudah menjadi masalah umum sehingga diatur dalam UU. Sayangnya, masih banyak masyarakat di Bello belum sampai pada kesadaran akan hal tersebut. Entah karena belum mendapatkan informasi yang tepat atau kendala lainnyanya
Hingga suatu saat Om Lukas mengikuti diskusi-diskusi tentang gender dan  budaya kesesetaraan, membuatnya menyadari bahwa selama ini ternyata ia sudah memperlakukan istrinya secara tidak adil dan menjadikan istrinya korban kekerasan. Selama ini, ia tidak pernah terlibat dalam melakukan pekerjaan domestik di dalam rumah tangganya. Selama ini om Lukas hanya  tahu, ketika dia tiba di rumah semua telah tersedia di meja makan. Ia tidak pernah peduli apakah istrinya sedang capek setelah seharian bekerja di rumah dan mengurus kedua anak mereka.
Kesadaran tersebut tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada tindakan nyata.  Setelah Om Lukas mengikuti diskusi tersebut, ia kemudian mencoba untuk memperlakukan istrinya dengan  adil. Ia tidak lagi memukul istrinya dan sudah bisa berbagi peran domestik dengan istrinya. Hal ini disampaikan oleh sang istri kepada semua orang bahwa “setelah beta pu suami ikut dalam komunitas laki-laki baru, dia agak laen e, dia berubah, pulang diskusi ju malam mau tidur tiba-tiba dia minta maaf selama ini su kasar-kasar dengan beta dan suka pukul beta. Beta kaget saat dengar, beta pikir dia ada dapat mujizat apa ko. Tapi beta bersyukur sekarang dia lebih sabar dan lebih peduli kepada beta dengan anak-anak”.
Perubahan Om Lukas juga diakui oleh masyarakat karena tidak lagi terdengar pertengkaran di rumah tangga tersebut hingga saat ini.
Om Lukas mengakui bahwa ia belum sepenuhnya berubah, namun dalam benaknya sudah ada pengetahuan tentang keadilan dan kesetaraan gender sehingga ia akan terus berusaha untuk terus berproses menjadi lebih baik dari hari ini. Sekarang, Om Lukas malah giat mengajak teman-teman sepekerjaannya untuk lebih memperlakukan istri mereka dengan kasih sayang bukan dengan kekerasan.

About CIS Timor

Check Also

Mengapa Laki-laki Perlu Memperingati 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, dan Apa yang Dapat dilakukan Laki-laki untuk Mencegah Kekerasan Berbasis Gender?

  Sekilas Tentang Sejarah Aktivitas 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (HAKTP) pertama kali digagas …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *