Khairul Anam; Potret Perubahan Laki-laki

Dengan kekuatan dan semangat yang bagus, Kami optimis untuk bisa mengintegrasikan Laki-Laki Idaman di masyarakat kami. Walaupun memang, untuk memulai pekerjaan ini saya harus beradaptasi dan mulai mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang selama ini menjadi tugas dan tanggung jawab istri saya. (Khairul Anam)

Seperti satu tradisi, fenomena migrasi di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah masih berlanjut. Konfirmasi terakhir dari Hasanuddin, Kepala Desa Sukarara, hampir 30% dari jumlah penduduk desa tersebut memutuskan untuk mencari lapangan pekerjaan sebagai Tenaga Kerja Indonedia (TKI) dan Tenaga Kerja Wanita (TKW) dengan berbagai macam profesi.

Maka sangat beralasan kemudian jika penduduk desa setempat menjadikan destinasi terakhir atas kesulitan ekonomi yang mereka alami atau kondisi lainnya yang membuat mereka membuat keputusan seperti itu.

Salah satu penduduk desa yang pernah melakukan migrasi adalah Khairul Anam, salah seorang pemuda kelahiran 31 Desember 1989. Sebagai pemuda desa yang sebelumnya menjadi TKI, aktivitas sehari-harinya tidak pernah terlepas dari kebiasaan adat setempat. Memang seperti mendapat wangsit, jika anak dewasa di Desa Sukarara harus merantau dan bahkan ke luar negeri.

Dengan alasan untuk kesejahteraan keluarga kecilnya telah dikarunia anak 1 orang putri (Qurrata Aini, Red) dan kehidupan yang lebih baik, ia pun memutuskan untuk berangkat ke Malaysia pada tanggal 7 November 2012 dan pulang pada 10 Oktober 2013 tanpa terlebih dahulu melakukan perencanaan matang.

Hasilnya, sepulang dari  Malaysia, ia seperti warga yang lainnya yang hanya menikmati hasil kerja dalam waktu yang relatif singkat.

Khairul Anam sama seperti tradisi komunitas setempat yang menempatkan perempuan hanya bekerja untuk sektor domestik. Sehingga dari kondisi ini, dia harus memenuhi kebutuhan praktis rumah tangganya sehari-hari.

Kerja-kerja musiman diambilnya, sebab dengan meninggalkan anaknya yang masih kecil, menjadi TKI tentu sangat beresiko. Apalagi anaknya ini merupakan anak pertama sehingga kerja di luar negeri ditunda dan kemudian memilih untuk mencari peruntungan di sekitar desa Sukarara.

Pemuda yang kental dengan bahasa melayunya ini kemudian mendapatkan pekerjaan dari salah satu perusahaan finance terdekat sebagai marketing. Akan tetapi tetap disela-sela aktivitasnya, perempuan pendamping setianya masih tetap ditempatkan di kerja-kerja domestik, walaupun kebutuhan hidup riil harus mereka bagi secara bersama.

Tepatnya pada bulan Agustus, Program  Advokasi Buruh Migran Indonesia (ADBMI) yang bekerjasama dengan OXFAM  dan bertajuk Laki-laki Idaman di Level komunitas datang ke Desa Sukarara. LSD yang sudah ada kemudian merekomendasikannya untuk ikut dan masuk secara aktif dalam kerja-kerja program Laki-laki Idaman. Akhirnya pada tanggal 20-24 Oktober,Khairul Anam memutuskan untuk mengikuti pelatihan pengorganisiran Laki-laki Idaman.

Berbekal pengalaman yang dimilikinya ketika bermigrasi, tahap demi tahap pelatihan diikutinya dan sampai kemudian ia memahami bagaimana pentingnya laki-laki idaman di dalam keluarga sebagai titik tolak harmonisasi yang kemudian mengantarkan suatu rumah tangga ke cita-cita sesungguhnya yakni keluarga yang sejahtera dengan perencanaan matang. Inilah menjadi titik perubahan dari dirinya.

Salah satu yang menginsipirasinya adalah apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya terhadap perempuan dengan mulai adanya pembagian peran dalam rumah tangga antara suami dan istri terutama pada sektor domestik, serta keterlibatan aktif perempuan dalam musyawarah dan pengambilan keputusan. Alhasil 2 bulan setelah mendapat materi tersebut, pemahaman tentang Laki-laki idaman mulai diintegrasikan dalam kehidupan rumah tangganya dan kini ia mulai merasakan bagaimana nikmatnya pembagian kerja dalam rumah tangga.

Jika sebelumnya, sang istri hanya sibuk untuk mengurusi anak dan pekerjaan rumah tangga, maka sekarang sang istri sudah mulai memiliki waktu untuk memulai usaha dengan membuat kipas dari anyaman rotan.

Konfirmasi terakhir dari Khairul Anam, hanya dengan modal Rp. 100.000, istrinya mendapat untung bersih Rp. 150.000. dan tindakan istrinya ini sangat membantu keluarga kecilnya. Inilah yang kemudian tetap menginspirasinya untuk berusaha menjadi laki-laki idaman di komunitasnya.

Satu prinsip menarik yang sempat diutarakannya ketika pendamping melakukan kunjungan, “Sebagai fasilitator desa laki-laki idaman, tentunya saya juga harus tuntas dalam memaknakan konsep ini di keluarga saya, harapannya ini mempermudah saya untuk memberikan pemahaman di lingkungan terdekat saya. Semoga lingkungan saya menjadi role model untuk laki-laki idaman.” Pungkasnya mengakhiri diskusi saat itu.

About ADBMI Lombok Timur

Check Also

Mengapa Laki-laki Perlu Memperingati 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, dan Apa yang Dapat dilakukan Laki-laki untuk Mencegah Kekerasan Berbasis Gender?

  Sekilas Tentang Sejarah Aktivitas 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (HAKTP) pertama kali digagas …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *