Forum Belajar: Gender dan Maskulinitas

1. Latar Belakang

Laki-laki didaulat dengan sosok maskulin, di mana ekspresi dan tindak tanduknya harus mencerminkan sikap yang tegas, keras, dan berwibawa yang menunjukan karakter kuat seorang lelaki sejati.

Untuk itu, guna menggapai apa yang dinamakan lelaki sejati sebagaimana gambaran di atas, sedari kecil laki-laki telah dibentuk untuk pantang menangis, pantang berbagi bila ada masalah, tegas yang ditunjukan dengan suara lantang, suka dengan tantangan, karenanya laki-laki boleh naik pohon, belajar sepeda, dan permainan-permainan menantang lainnya, serta pantang untuk menyatakan “tidak” bila ada ajakan dari laki-laki lainnya dalam kegiatan yang bersifat menguji nyali.

Untuk memenuhi standar maskulinitas atau kelelakian, masyarakat, terutama di kalangan laki-laki telah membuat standar prasyarat tersendiri, yakni laki-laki harus berekspresi macho, berbadan kekar, bersuara lantang, dan boleh kasar.

Sementara dalam konteks berelasi dengan pasangan, laki-laki harus mendominasi karena laki-laki adalah pemimpin, dan sebagai pemimpin yang dominan, maka laki-laki tabu untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dianggap pekerjaan yang feminim (merapihkan rumah, terlibat dalam mengasuh anak, dan pekerjaan domestik lainnya), karena pekerjaan tersebut bisa mencederai derajat seorang lelaki sejati.

Gambaran di atas adalah tentang laki-laki yang telah terkonstruksi dengan budaya patriarki, sebuah budaya yang menjadikan pandangan laki-laki sebagai barometernya.

Adapun maskulinitas atau femininitas sesungguhnya ekspresi, dan sifat yang dimiliki manusia, baik ia laki-laki ataupun perempuan, tetapi pandangan patriarkilah yang kemudian mendikotomi, di mana laki-laki hanya boleh berekspresi maskulin, dan perempuan feminim.

Lalu bila ada laki-laki yang berekspresi feminim, maka masyarakat yang telah terjangkit nilai patriarki sedari kecil akan menganggap laki-laki yang demikian bukan laki-laki sejati dengan sebutan “banci” atau laki-laki yang “keperempuan-perempuanan”.

Melihat fenomena di atas, Laki-laki Peduli bekerjasama dengan Aliansi Laki-laki Baru, berinisiatif untuk membuat kegiatan yang kami namakan Forum Belajar, dengan tema: Gender dan Maskulinitas, yang pada pelaksanaannya akan melakukan diskusi dalam kelas tersebut untuk mengupas tentang konstruksi sosial yang dilekatkan pada ekspresi maskulinitas.

Sebagai informasi, kegiatan Forum Belajar: Gender dan Maskulinitas, merupakan bentuk kegiatan dari Laki-laki Peduli yang dilaksanakan oleh Yayasan Pulih dan Aliansi Laki-laki Baru, sebagai dukungan terhadap gerakan perempuan di Indonesia dalam upaya menghapus kekerasan terhadap perempuan, dan sebagai wujud keterlibatan laki-laki untuk mensosialisasi isu kesetaraan dan keadilan gender.

2. Tujuan

  • Mereview konstruksi sosial yang dilekatkan pada laki-laki.
  • Mengajak laki-laki untuk terlibat pada isu stop kekerasan terhadap perempuan.
  • Melibatkan laki-laki dalam mengurangi angka kekerasan terhadap perempuan.

3. Pelaksanaan Kegiatan

Forum Belajar akan dilaksanakan pada:
Tanggal         : Rabu, 2 April  2014
Jam                : Pukul 12:00 s.d. 16:00 WIB (Didahului dengan makan siang)
Narasumber : Joko Sulistiyo (Kalyanamitra)
Moderator     : Wawan Suwandi (Aliansi Laki-laki Baru)
Tempat          : Ruang pertemuan IKA,  Jl. Cikini Raya No. 43 Jakarta Pusat

4. Peserta

  • Peserta dari masyarakat umum (laki-laki & perempuan), diutamakan laki-laki.
  • Jumlah peserta dibatasi hanya 15 orang.

Informasi dan konfirmasi kehadiran: Syaldi Sahude (+62 814 10052222)
Silahkan unduh Kerangka Acuan Forum Belajar Maskulinitas: Gender dan Maskulinitas (PDF, Indonesia)

About Redaksi ALB

Check Also

Webinar Konsultasi Nasional: Refleksi Pelibatan Laki-laki di Indonesia

Pengantar Upaya mencapai keadilan dan kesetaraan gender dilakukan dengan mendorong perubahan norma budaya patriarki yang …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *