Bicara tentang relasi seringkali kita langsung mengindetikannya dengan relasi pacaran atau pernikahan. Bahkan kita juga suka langsung terbayang dengan sebuah hubungan antar manusia yang indah dan romantis.
Lalu, apakah cukup relasi yang baik itu adalah relasi yang indah dan romantis seperti yang ada di film-film drama atau dongeng-dongeng? Kenapa nggak, tidak ada yang salah membayangkan relasi yang manis seperti itu semua. Tapi, coba deh kamu kulik lagi…
Dalam relasi yang digambarkan manis itu apakah ada pembagian peran yang setara? Mayoritas film drama romantika menggambarkan sebuah relasi berpasangan layaknya dongeng-dongeng putri yang diselamatkan oleh seorang pangeran dan kemudian menikah bahagia selamanya.
Dari sini kita bisa lihat, secara garis besar perempuan digambarkan sebagai sosok yang lemah dan laki-laki adalah seorang pahlawan yang kuat.
Masih ingatkah kamu dengan buku pelajaran bahasa Indonesia di sekolah waktu dulu?
“Ibu memasak di dapur, Ayah bekerja di kantor.”
Ada pesan tersembunyi dalam kalimat yang tenar itu. Ya! Sedari kecil kita diajarkan bahwa peran perempuan hanya di dalam rumah (domestik), sementara laki-laki di ruang publik.
Tak sedikit pula yang menganggap bahwa peran-peran itu adalah sebuah kodrat. Nilainya pun dianggap berbeda, tentunya pekerjaan domestik dinilai lebih kecil dari pada pekerjaan publik.
Dengan kata lain, nilai perempuan lebih kecil dibandikan dengan laki-laki. Hal yang dianggap ‘sederhana’ ini memberikan dampak buruk yang sangat banyak dan besar pada kehidupan kita, baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
Lengkapnya, kamu bisa baca di zine ini: