Sempitnya lapangan kerja dan minimnya penghasilan yang didapatkan, mendorong warga Banyumas untuk mencari pekerjaan di luar negeri yang penghasilannya lebih besar dengan menjadi buruh migran, demi mengubah taraf hidup yang lebih baik.
Dengan kata lain, menjadi buruh migran lebih menjanjikan ketimbang bekerja di dalam negeri. Untuk mewujudkan cita-cita meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan keluarga yang lebih baik itu tidaklah mudah, perlu pengorbanan yang besar dari buruh migran. Sebab, mereka harus berpisah dengan keluarga, orang-orang yang dicintainya dan meninggalkan kampung halamannya.
Salah satu dampak dari buruh migran bekerja di luar negeri adalah pengasuhan anak terabaikan, menghadapi beragam masalah sendirian tanpa keterlibatan tetangga atau komunitas. Komunitas atau organisasi sosial di tempat buruh migran berasal belum turut berperan dalam pengasuhan anak yang terabaikan ini.
Selama ini anggapan masyarakat, masalah pengasuhan anak buruh migran dan beragam masalah yang menimpa terhadap anak buruh migran adalah masalah individu keluarga buruh migran.
Buku “Pedoman Pengasuhan Anak Buruh Migran Indonesia Berbasis Komunitas” ini disusun atas kerjasama antara Seruni dengan Yayasan Tifa yang merupakan bagian dari Program “Pembangunan Strategi Pola Pengasuhan Anak Buruh Migran Berbasis Komunitas” di Banyumas Jawa Tengah.
Sumber: Pusat Sumber Daya BURUH MIGRAN