1. Latar Belakang
Dalam banyak kasus kekerasan, agama seringkali dijadikan dalil pembenaran atas perilaku kekerasan. Selain itu kasus-kasus kekerasan yang diembel-embeli dengan agama ternyata efektik mencipta gelombang solidaritas yang lebih besar lagi dalam melakukan kekerasan berjamaah.
Lalu benarkah agama dekat dengan kekerasan? Atau budaya kekerasan yang justru mendompleng sakralitas agama untuk dijadikan alat legitimasi? Dan mengapa pada banyak kasus kekerasan berbasis agama laki-laki adalah pihak yang paling dominan?
Bila kita melihat atas apa yang diajarkan agama, di mana isu kekerasan justru merupakan salah satu tema pembahasan dan mengajak umat untuk memiliki sifat yang lemah lembut, pemaaf, dan menghindari cara-cara kekerasan dalam menyelesaikan persoalan.
Dengan kata lain, ketika seseorang atau golongan yang mengatasnamakan agama memamerkan karakter kekerasan dan melakukan kekerasan, bisa dikatakan ia salah menginterpretasikan nilai-nilai agama, atau justru sebaliknya, interpretasi agama yang diterima justru mengarahkan masyarakat untuk melakukan kekerasan?
Bila melihat pada doktrin ideologi patriarki yang membentuk laki-laki memiliki dan mengaktualisasikan nilai-nilai maskulinitas yang hegemonik, maka budaya kekerasan akan dijadikan bagian dari ciri lelaki untuk ia mendapatkan label pemberani, jagoan, bahkan untuk menyelesaikan masalah.
Bila demikian (kekerasan atas nama agama), apakah dapat dikatakan kekerasan yang dilakukan justru datang dari sifat-sifat maskulinitas yang didasari ideologi patriarki? Karena faktanya ideologi patriarki membentuk laki-laki dengan sifat-sifat maskulin yang hegemonik, dan kekerasan merupakan bagian dari doktrin budaya pariarki.
Forum belajar Aliansi Laki-laki Baru, bekerjasama dengan Yayasan Pulih Jakarta, akan membahas isu agama dalam konteks maskulinitas untuk melihat peran ideologi patriarki dibalik isu kekerasan berbasis agama, merupakan cara untuk mengetahui apa yang membuat cara seseorang beragama sebegitu maskulinnya, apakah karena interpretasi agama yang salah, pengaruh ideologi patriarki, atau interpretasi agama yang didasari ideologi patriarki?
2. Tujuan
- Mereview interpretasi agama dalam konteks maskulinitas yang menguntungkan laki-laki
- Mengajak peserta untuk melihat isu kekerasan yang mengatasnamakan agama merupakan bagian dari interpretasi maskulinitas yang salah kaprah.
- Mengajak peserta untuk meninggalkan budaya kekerasan, terutama yang mengatasnamakan agama.
3. Pelaksanaan Kegiatan
Forum Belajar akan dilaksanakan pada:
Tanggal : Sabtu, 19 April 2014
Jam : Pukul 12:00 s.d. 16:00 WIB (Didahului dengan makan siang)
Narasumber : Nur Hasyim (Aliansi Laki-laki Baru)
Moderator : Wawan Suwandi (Aliansi Laki-laki Baru)
Tempat : Ruang pertemuan IKA, Jl. Cikini Raya No. 43 Jakarta Pusat
4. Peserta
Peserta dari masyarakat umum (laki-laki & perempuan), diutamakan laki-laki. Jumlah peserta dibatasi hanya 15 orang.
Informasi dan RSVP: Syaldi Sahude (+62 814 10052222)