WHO menemukan fakta bahwa “Generally, more men die by suicide than women. In richer countries, three times as many men die by suicide than women”. Temuan ini mengkonfirmasi bahwa dalam kehidupan laki-laki yang diberikan keistimewaan oleh budaya patriarki telah menjadi bumerang. Demi mendapatkan keistimewaan dalam masyarakat, maka laki-laki harus memenuhi berbagai standar, salah satunya adalah menekan berbagai emosi mereka.
Ironisnya, emosi yang disertai dengan kekerasan justru di”amini” oleh banyak laki-laki, khususnya dalam relasi dengan pasangannya. Hasil survei dari RutgersWPF menemukan fakta bahwa “50% laki-laki berpendapat bahwa perempuan harus tahan terhadap KDRT demi keutuhan keluarga“. Dengan asumsi ini, maka tidaklah mengherankan bahwa angka kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia terus meningkat.
Berangkat dari persoalan tersebut, RutgersWPF mengembangkan program MenCare+ di beberapa negara, salah satunya adalah Indonesia. Salah satu fokus dari program ini adalah menyediakan konseling bagi laki-laki, terutama mereka yang terlibat dalam persoalan kekerasan. Tujuannya agar kekerasan terhadap pasangan dapat diminimalkan dengan memberikan ruang bagi laki-laki untuk belajar mengekpresikan emosi yang dulu dipendam serta menghidari perilaku kekerasan.
Video ini merupakan salah upaya untuk mengkampanyekan konseling laki-laki yang dilaksanakan di Indonesia. Pada akhir video, anda bisa mendapatkan info layanan konseling laki-laki di Indonesia.
[c5ab_video c5_helper_title=”” c5_title=”” url=”https://www.youtube.com/watch?v=pu2jyBa7d3I” width=”100%” height=”450″ ]
Sebuah studi dari Tags bunuh diri emosi konseling
Check Also
Konsultasi Nasional: Refleksi Pelibatan Laki-laki untuk Keadilan Gender di Indonesia
Tahukah kalian kalau pelibatan laki-laki untuk kesetaraan gender dan anti-kekerasan sudah diinisiasi sejak tahun 2000? …