Bagi perempuan tak ada lembaga pendidikan yang mengajarkan menjadi istri yang baik. Bagi laki-laki pun demikian adanya, tak ada sertifikasi menjadi suami yang baik. Menjadi istri dan suami semata-mata pelabelan sosial dari terjadi perkawinan.
Apa yang diperankan suami dan istri sebagian besarnya merupakan reproduksi dari pengalaman sendiri dan replikasi pengalaman orang lain. Maka tak perlu heran dalam kehidupan sosial bisa ditemukan banyak laki-laki yang gagal menjadi suami yang baik, dan banyak perempuan yang gagal menjadi istri yang baik.
Pertanyaannya, pengetahuan apa yang harus memiliki laki-laki, sikap apa yang harus ada dalam diri laki-laki, dan perilaku apa yang harus dilakukan laki-laki sehingga bisa menjadi suami yang baik? Setidaknya ada 7 prasyarat utama laki-laki akan menjadi suami yang baik.
Pertama, ketahuilah seluruh seluk beluk istri, kesukaannya, ketidaksukaannya, kebiasaan-kebiasaannya, harapannya, dan visinya mengenai kehidupan sosial dan keluarga.Dengan memiliki pengetahuan ini, suami akan benar-benar bisa membawakan diri dalam bersikap, bertindak, dan berbicara dengan istri tanpa harus melukai perasaannya. Istri akan merasa benar-benar menjadi pusat perhatian suami.
Kedua, bersedia berbagi kekuasaan dalam mengatur kehidupan rumah tangga. Meski peran tradisional yang disahkan dalam kebijakan negara dan norma sosial, laki-laki sebagai suami dan sekaligus sebagai kepala rumah tangga, bukan berarti segala keputusan diambil tanpa mempertimbangkan pengetahuan dan keinginan istri. Posisi setara dan keputusan yang diambil secara bersama akan menciptakan suasana nyaman dalam kehidupan Keluarga. Jika kelak memiliki anak, mereka juga bisa dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga.
Ketiga, berbagi peran dalam pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Kalau kebetulan suami yang bekerja, dan istri kebetulan memilih merawat rumah tangga, suami hendaknya tetap bersedia membagi peran domestik. Misalnya, suami tetap turut mempersiapkan anak-anak ketika hendak ke sekolah, sementara istri sedang menyiapkan bekal sekolah anak-anak. Suami bersedia mengepel lantai, sementara istri sedang mencuci pakaian di kamar mandi.
Keempat, tidak memaksakan kehendak kepada istri. Pemaksaan ini mencakup dalam berbagai hal terkait kehidupan sosial dan rumah tangga. Misalnya, tidak memaksakan istri untuk mengenakan jilbab atau sebaliknya tidak memaksakan mereka untuk tak mengenakan jilbab. Suami juga tak pernah memaksakan kehendak untuk melakukan hubungan seks, saat istri tidak berkehendak melakukannya. Pemaksaan semacam ini bisa berakibat buruk dalam kehidupan seksual istri dalam jangka panjang. Selain istri bisa juga menjadikan sebagai kasus perkosaan dalam perkawinan, saat istri benar-benar tak sabar lagi menghadapi perilaku suaminya.
Kelima, tidak sekali-kali melakukan tindak kekerasan terhadap istri dengan alasan apa pun. Sekali suami mencaci istri, setiap kali menghadapi persoalan suami akan dengan mudahnya mencaci istri. Sekali suami memukul istri, setiap ada persoalan, dengan mudah pula ia akan memukul kembali. Perilaku semacam ini juga tidak baik bagi perkembangan anak saat dewasanya nanti. Mereka akan mereplika cara-cara orang tuanya saat menyelesaikan persoalan dengan pasangannya.
Keenam, bertindaklah jujur dalam persoalan apa pun. Misalnya, kalau gaji bulanan yang tetap mungkin suami sudah melakukan tindakan jujur, tetapi untuk uang tambahan yang diperolehnya juga diberikan kepada istri? Sedikit suami yang melakukannya. Akan sangat baik manakala istri juga mengetahui berapa uang yang ada di dompet suami.
Ceritakanlah apa yang terjadi dengan teman-teman saat melakukan tugas di luar kota. Terkadang istri lebih suka mendengar cerita tindakan-tindakan suami dengan suaminya terlebih dahulu sebelum mendengar materi atau capaian kegiatan yang diikuti suaminya.
Ketujuh, selalu ucapkan cinta dan mengecup keningnya saat hendak meninggalkan rumah dan saat kembali ke rumah. Untuk yang satu ini, pernah Anda menghitung berapa kali mengucapkan sayang dan minta kepada istri Anda, setelah anak-anak mulai beranjak remaja?
Mukhotib MD, Pekerja Sosial
Sumber: http://mmdnews.wordpress.com/2013/11/29/angin-menjadi-suami-yang-baik/