Banyak orang yang masih kurang memahami feminisme. Jadi, kami merasa masih perlu untuk menjelaskannya berulang kali.
Sebelum saya menjelaskan tentang feminisme, saya ingin terlebih dahulu memberi penghargaan kepada para feminis pendahulu yang karena perjuangannya maka kini kita dapat maju dan berdiri tegap. Semua yang telah kita capai saat ini sebagai perempuan maupun anak perempuan, adalah hasil dari perjuangan dan keberanian mereka.
Beberapa orang, termasuk para perempuan muda yang kuat dan cerdas, merasa bahwa feminisme tidak lagi diperlukan. Mereka merasa bahwa feminisme adalah peninggalan masa lalu karena kini perempuan sudah memiliki hak yang setara. Saya benar-benar berharap hal itu benar.
Di satu sisi, perempuan memang telah mendobrak banyak penghalang. Mereka telah mampu membuktikan dirinya di berbagai bidang kerja dan kehidupan. Kita telah memiliki banyak peraturan dan kebijakan yang bagus. Namun dalam saat yang bersamaan, kekerasan terhadap perempuan tidak berkurang. Bahkan justru bertambah dan ini terjadi di seluruh dunia. Di India perbandingan antara laki-laki dan perempuan kini semakin jauh perbedaannya.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, terdapat lebih sedikit perempuan daripada laki-laki di dunia karena gynocide (pembunuhan perempuan) di India dan Cina. Tingkat ketenagakerjaan perempuan di India pada sektor formal saat ini semakin menurun padahal GDP (Gross Domestic Product) negara naik. Agama, adat-istiadat, tradisi, dan bahasa kita, tidak hanya di India namun di seluruh dunia, masih patriarkis. Media dan iklan dipenuhi dengan gambaran-gambaran, cerita dan jumlah produk yang misoginis (membenci perempuan). Oleh sebab itu, bagi saya feminisme masih relevan dan dibutuhkan.
Poin saya yang pertama adalah, bahwa feminisme mungkin adalah ISME (keyakinan) yang memiliki nama paling buruk, paling didiskreditkan, disalah artikan dan salah dimengerti. Terdapat banyak sekali rumor-rumor yang sangat menggelikan tentang feminisme. Selama berpuluh tahun media korporasi telah menyebarkan kebohongan tentang feminisme.
Saya tercengang melihat hampir semua laki-laki kelas menengah telah mendengar tentang para feminis yang membakar behanya, namun tidak mengindahkan perjuangan tanpa henti para feminis di Asia Selatan menentang mahar, kematian, aborsi janin perempuan atau pemerkosaan. walaupun demikian, saya bangga menyatakan bahwa saya adalah seorang feminis. Saya sangat senang ketika Dalai Lama baru-baru ini menyatakan “Jika membicarakan mengenai hak-hak perempuan berarti menjadi seorang feminis, berarti saya adalah feminis”.
Kata feminisme berasal dari kata Perancis Femme, yang artinya perempuan. Feminisme melihat dunia dari mata perempuan. Kenapa kami melihat dunia dari mata perempuan? Selama beberapa ratus tahun terakhir ini dunia telah dilihat dan disampaikan dari mata laki-laki. Hampir semua teks religius ditulis oleh laki-laki; sebagian besar hukum pada hampir semua parlemen dunia dirumuskan oleh laki-laki, sebagian besar hukum dan keputusan dihasilkan oleh laki-laki, dan para editor berjenis kelamin laki-lakilah yang selama ini menerjemahkan serta mengendalikan berita, dan seterusnya. Oleh sebab itu, pandangan yang seimbang sangat dibutuhkan, dan untuk dapat melakukannya, kita perlu melihat melalui mata perempuan.
Alasan lain untuk melihat dunia melalui mata perempuan adalah fakta bahwa perempuan berada pada hirarki sosial, politik dan ekonomi yang paling bawah. Sehingga, jika kami melihat dunia melalui mata perempuan, kami dapat melihat dari mata anggota masyarakat yang paling tertindas dan tereksploitasi.
Para feminis Asia Selatan telah mendefinisikan feminisme sebagai berikut, “Siapapun yang menyadari bahwa perempuan mengalami diskriminasi di dalam keluarga, tempat kerja dan di dalam masyarakat secara umum, dan mengambil tindakan adalah seorang feminis”. Menurut definisi ini, laki-laki juga bisa menjadi feminis.
Para ibu rumah tangga yang menuntut martabat dan hak-haknya, memperlakukan anak laki-laki dan perempuannya secara setara, serta tidak memanjakan hanya anak laki-lakinya adalah seorang feminis. Kamu tidak harus bergabung dengan suatu organisasi untuk menjadi feminis. Namun bergabung ke kelompok dan kampanye feminisme akan membantu memperkuat feminisme dan pemberdayaan perempuan.
Kamu tidak perlu bergabung dengan organisasi untuk menjadi feminis. Para ibu yang membesarkan anak-anaknya dengan memberikan hak dan kesempatan yang setara serta memperjuangkan martabat mereka sendiri juga seorang feminis menurut definisi ini. Namun, menjadi bagian dari organisasi akan memperkuat pergerakan feminis.
bell hook, seorang feminis berkulit hitam mendefinisikan feminisme sebagai berikut, “Feminisme adalah pergerakan untuk mengakhiri eksploitasi dan penindasan yang seksis.” Definisi yang jelas dan sederhana ini memperjelas bahwa feminisme bukanlah anti laki-laki namun anti diskriminasi dan seksisme. Feminisme itu anti patriarki.
Hal ini membuat saya bingung. Walaupun definisi ini sudah sangat jelas, mengapa para feminis terus menerus dikatakan sebagai pembenci lelaki? Jika seorang laki-laki atau anak laki-laki menjadi sasaran seksisme, sayapun akan menentangnya.
Feminisme, sama seperti ideologi lain, adalah suatu wacana, ideologi, cara pandang DAN program aksi, atau aktifisme. Oleh sebab itu feminisme berjalan pada dua kaki, yaitu teori dan aksi. Aksi-aksinya adalah menentang patriarki dan hubungan kuasa yang tidak seimbang di dalam keluarga dan masyarakat. Aktifisme adalah bagian yang sangat esensial dari feminisme. Ideologi kami adalah untuk menentang arus utama berupa ideologi patriarki yang menganggap bahwa laki-laki lebih tinggi dan perempuan lebih rendah.
Poin saya selanjutnya adalah, sama seperti pada berbagai jenis penganut Marxsisme, sosialisme, dan demokrat, tiap feminis juga tidak sama. Terdapat berbagai jenis feminisme. Oleh sebab itu kita perlu berbicara tentang feminisme secara plural. Seorang feminis bisa saja menekankan isu yang berbeda dari feminis lain, tergantung dari lokasi, sejarah dan hal-hal lainnya. Beberapa feminis mungkin hanya membicarakan mengenai relasi gender sedangkan feminis lainnya membicarakan tentang kasta, ras, agama dan lain sebagainya. Hal ini berpengaruh pada situasi dan kekuatan kita. Banyak feminis yang telah membicarakan dan menganalisa interseksionalitas ini.
Feminisme merupakan respon dari patriarki, oleh sebab itu baik secara lokal dan global, memiliki kesamaan dan perbedaan.
Menurut pendapat saya, feminisme seringkali seperti air dan memang seharusnya seperti air. Air dimanapun berada adalah H2O namun mengambil bentuk dari wadahnya. Feminisme dimanapun akan selalu menentang patriarki. Karena bentuk patriarki berbeda-beda tergantung dari tempatnya, maka perjuangan feminispun juga berbeda-beda.
Para feminis di Amerika Serikat tidak melawan mahar karena mereka tidak mengenal mahar. Namun para feminis baik di Asia Selatan maupun AS sama-sama memerangi masalah yang sama seperti kekerasan terhadap perempuan, status kelas dua di dalam politik, gaji yang lebih rendah dan lain sebagainya.
Poin saya selanjutnya adalah, tidak seperti ISME pada Marxisme, Gandhiisme, dan lain sebagainya, tidak ada tokoh utama atau pelopor di dalam feminisme. Feminisme tidak diciptakan atau didefinisikan oleh satu atau dua perempuan. Ribuan perempuan telah mendefinisikan feminisme dan perjuangan feminis dalam konteks kehidupan mereka dan masyarakatnya. Ribuan tunas feminis telah mekar dan terus berkembang.
Patriarki ada dimana-mana, di dalam keluarga, di dalam Parlemen, serikat buruh, agama, seni, dan ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, kami para feminis harus berada dimanapun untuk menentang pola pikir partiarki. Itulah sebabnya terdapat para feminis yang berprofesi sebagai seniman, pembuat film, pujangga, politisi, ilmuwan, teologis dan lain sebagainya.
Feminisme menciptakan satu slogan penting- Pribadi adalah Politis, dan terdapat beberapa interpretasi untuk slogan ini.
Para feminis menolak pemisahan yang telah diciptakan oleh patriarki antara wilayah domestik dan publik. Patriarki bersikeras bahwa tempat perempuan hanyalah di wilayah domestik atau privat dan terdapat aturan-aturan yang berbeda untuk dua wilayah tersebut. Feminis menolah pemisahan ini dengan mengatakan bahwa pribadi adalah politis.
Interpretasi lain dari slogan feminis ini adalah, bahwa tidak ada yang sepenuhnya privat atau publik. Setiap aksi pribadi akan mempengaruhi masyarakat. Sebagai contohnya, jika saya memberikan mahar kepada anak perempuan saya, hal ini akan mempengaruhi masyarakat. Mereka yang mengenal saya akan berpikir, jika Kamla memberikan mahar maka saya tentu harus memberikan mahar. Sama halnya jika seorang perempuan yang mau menerima kekerasan domestik, hal ini akan memberikan pesan kepada anak-anak, suami, tetangga dan lain-lain, bahwa kekerasan adalah bagian dari kehidupan seorang perempuan dan laki-laki memiliki hak untuk melakukan kekerasan. Jika saya menolak dan menentang kekerasan, pesan yang diberikan adalah yang sebaliknya. Oleh sebab itu banyak feminis yang merasa bahwa kita harus memikirkan akan keputusan, aksi, dan perilaku pribadi kita.
Interpretasi ketiga dari slogan ini adalah, bahwa perubahan dalam masyarakat dimulai dari kita sendiri. Aksi dan pilihan pribadi saya akan menyebabkan perubahan politik.
Saya rasa slogan inilah yang menyebabkan feminisme adalah ISME yang paling menantang atau mungkin paling berbahaya. Ini adalah satu-satunya ISME yang memasuki rumah dan ranah paling pribadi dari hubungan kita. Pemikiran ini memaksa perempuan dan laki-laki untuk melihat semua hubungan, pemikiran dan aksi mereka. Feminisme memaksa saya untuk melihat diri saya sendiri secara kritis. Bagaimana saya berperilaku, berhubungan dengan orang lain, berpakaian dan lain sebagainya? Oleh sebab itu para feminis seringkali dianggap membosankan. Mereka tidak bisa menyukai kebanyakan film, majalah dan iklan yang ada di pasaran atau menertawakan humor seksis karena memang seringkali anti perempuan.
Feminis tidak menyukai agama karena semua agama patriarkal. Kalau tidak secara teori, setidaknya secara praktek. Agama yang ada saat ini tidak ada yang menerima perempuan sebagai pemimpin agama; semuanya menggunakan gender maskulin untuk penyebutan Tuhan, semua agama didefinisikan dan diinterpretasikan oleh laki-laki dan semuanya memandang laki-laki sebagai kepala rumah tangga. Jika Tuhan adalah laki-laki, maka laki-laki adalah Tuhan.
Saya merasa bahwa penting untuk menganalisa dan menentang kepercayaan-kepercayaan religius serta budaya yang patriarkal ini. Kita telah menciptakan Konstitusi nasional yang sangat bagus berdasarkan kesetaraan dan hak, tapi karena kepercayaan dan praktek religius serta kebudayaan kita belum banyak berubah, maka Konstitusi dan hukum kita tidak diimplementasikan.
Banyak feminis yang sangat tidak setuju dengan kapitalisme dan kapitalis patriarki. Dalam kapitalisme, pornografi dan kosmetik adalah industri bilyunan dolar dan keduanya mengurangi nilai perempuan menjadi tubuh semata dan mengkomoditaskan mereka.
Pemikiran bahwa senjata, gim dan mainan penuh kekerasan lain adalah untuk anak laki-laki sedangkan boneka Barbie untuk anak perempuan menyebarkan stereotipe yang merugikan anak laki-laki maupun perempuan. Demi keuntungan, para dokter dan laboratorium medis menjadi mitra bagi pembunuhan jutaan janin perempuan di India dan berbagai negara lain.
Sangatlah penting untuk melihat mitos-mitos dan rumor mengenai feminisme yang menyebabkan penolakan dan ketakutan, bahkan dari sebagian perempuan, terhadap feminisme. Mitos-mitos ini secara terus menerus disebarkan oleh media arus utama karena feminisme menentang begitu banyak institusi, sistem dan struktur.
Mitos pertama adalah bahwa feminis anti laki-laki. Mitos ini benar-benar tak berdasar. Feminis melawan patriarki dan kami menentang baik laki-laki dan perempuan yang mendukung pola pikir dan praktek patriarki. Sepanjang sejarah telah banyak laki-laki yang berjuang untuk kesetaraan gender dan mendukung gerakan feminis. Bahkan saat ini begitu banyak laki-laki yang menjadi bagian dan mendukung pergerakan perempuan.
Mitos lainnya adalah, bahwa feminis merusak kedamaian keluarga. Pertama-tama, dimanakah keluarga damai yang kami rusak? Feminis memecah kesunyian dari keluarga-keluarga yang dipenuhi konflik dan kemudian berupaya untuk menciptakan keluarga yang benar-benar damai, setara, dan demokratis. Mereka yang menyembunyikan kesalahan keluarganya atas nama parivaar kee izzat atau kehormatan keluarga justru yang merusak keluarga.
Mitos ketiga adalah bahwa feminis menentang agama dan budaya lokal. Yah, jika agama dan budaya kita patriarki, jika mereka menindas para Dalit (kaum yang dianggap paling rendah di India dan disebut sebagai mereka yang tak boleh disentuh), jika mereka sudah tidak sesuai jaman, kami memang akan mengkritiknya.
Mitos lain yang terus-menerus dipertahankan adalah bahwa feminisme hanyalah dari dan untuk bangsa Barat. Feminisme jelas bukan hanya bangsa Barat. Feminisme terlahir untuk masyarakat manapun.
Seorang feminis mengatakan bahwa pasti feminisme lahir ketika patriarki diciptakan. Inilah mengapa terdapat insiden-insiden tentang debat kesetaraan gender dalam kehidupan Buddha, Nabi Muhammad SAW, Meera Bai, Mahadevi Akka, dan Raabia dari Basra. Dimanakah feminisme Barat saat itu? Bahkan jika feminisme memang DULUNYA Barat, jika memang masuk akal, maka kita perlu menerimanya. Sama seperti kita menerima Islam dan Marxisme, serta jutaan hal lain yang berasal dari Barat.
Pesan terakhir saya adalah – Jangan takut dengan Feminisme, bergabunglah!
Penulis: Kamla Bhasin
This post is also available in: English